Musim 2024-2025 menjadi salah satu periode paling kelam dalam sejarah dua klub besar Serie A Italia, Lazio dan AC Milan.
Kedua raksasa ini, yang dikenal dengan sejarah panjang dan prestasi gemilang, menghadapi musim yang penuh kekecewaan, ditandai dengan kegagalan meraih tiket kompetisi Eropa sekaligus berakhirnya harapan juara yang signifikan.
Artikel ini mengulas perjalanan pahit keduanya, faktor-faktor kegagalan, serta dampak yang dirasakan oleh klub, pemain, dan para pendukungnya. Untuk informasi terbaru tentang sepak bola Italia, anda bisa langsung mengklik link FOOTBALL STRIDE.
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!
Puncak Kejatuhan Lazio di Pekan Terakhir Serie A
Lazio menutup musim Serie A 2024/2025 dengan sebuah kekalahan yang sangat menyakitkan di kandang sendiri. Pada pekan terakhir, mereka kalah tipis 0-1 dari Lecce, yang sanggup bertahan dengan hanya sepuluh pemain sepanjang babak kedua. Gol tunggal Lassana Coulibaly di menit ke-43 menjadi pembeda yang menentukan.
Kekalahan ini menenggelamkan harapan Lazio untuk berlaga di kompetisi Eropa musim depan. Meskipun mereka mengoleksi 65 poin yang sama dengan Fiorentina, namun kalah head-to-head setelah dua kekalahan dengan skor 1-2 oleh La Viola.
Sepak bola Lazio yang sempat bersinar di paruh musim pertama dengan mengumpulkan 42 poin serta sempat memuncaki klasemen di kompetisi Liga Europa, berubah drastis ke arah yang tidak diharapkan. Kondisi ini menandai kemunduran tajam dalam beberapa bulan terakhir yang membawa klub ke jurang krisis performa.
Hubungan Rusak Antara Lazio dan Suporter
Kekalahan dramatis dari Lecce bukan hanya masalah di lapangan, melainkan juga mengguncang hubungan emosional antara pemain Lazio dan pendukungnya. Usai peluit akhir, atmosfer Stadion Olimpico yang tadinya hening, berubah menjadi lautan cemooh dan kemarahan. Para pemain yang biasanya memberikan salam hormat kepada Curva Nord justru diminta menjauh, menandai retaknya kepercayaan antara tim dan ultras Lazio.
Pelatih Marco Baroni secara terbuka menyampaikan rasa bersalahnya kepada para penggemar atas penampilan tim yang buruk. Ia mengakui bahwa timnya gagal mengendalikan momen-momen krusial di akhir musim, sehingga citra dan identitas yang dibangun selama berjalan musim menjadi ternoda. Baroni juga menyebut adanya kurangnya fokus beberapa pemain yang seolah mentalnya sudah “libur” sebelum musim berakhir.
Musim panas 2025 akan menjadi titik balik untuk Lazio. Dengan kegagalan memenuhi ekspektasi dan batalnya tiket ke Eropa, manajemen dihadapkan pada pekerjaan rumah besar, mulai dari evaluasi menyeluruh terhadap strategi hingga perombakan skuad. Harapan fans terhadap tim yang berdaya saing dan kompetitif harus dijawab dengan keberanian dan tekad baru. Klub harus merancang perencanaan matang agar dapat pulih dan kembali berdiri tegak di musim depan.
Baca Juga: Enzo Maresca Beri Sindiran Pedas kepada Pengkritik Chelsea Usai Lolos ke Liga Champions
Lazio dan AC Milan, Musim Gelap di Balik Sejarah Gemilang
Sama halnya dengan Lazio, AC Milan juga melalui musim yang sangat depresif. Setelah bertahun-tahun terkenal sebagai salah satu klub paling berprestasi di Italia dan Eropa, Milan gagal meraih tiket kompetisi Eropa pada musim 2024/2025. Mereka finis di posisi kesembilan dengan koleksi 60 poin. Tidak mampu mengejar Lazio yang berada di posisi keenam dengan 65 poin.
Puncak kekecewaan Milan terjadi di final Coppa Italia, di mana mereka harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari Bologna. Selain itu, perjalanan mereka di Liga Europa juga berakhir tanpa hasil optimal. Kondisi ini membawa dampak langsung pada dinamika internal tim dan suasana negatif di kalangan suporter yang merasa klub kehilangan “jiwa” kompetitifnya.